Menjadi sukses dalam teknopreneurship di era mobile

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Di Zaman sekarang handphone merupakan alat komunikasi yang sudah dapat dimiliki semua orang, tidak seperti pada saat pertama kali handphone keluar yang pada saat itu hanya orang-orang terentu saja yang bisa memilikinya, dikarenakan handphone bukan lah barang yang langka lagi menyebabkan saat ini handphone merupakan barang yang sangat penting dan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari setiap orang. Seiring dengan bertambahnya kecanggihan teknologi yang ada didalam handphone dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari saat ini semua orang hampir bisa melakukan berbagai macam kegiatan lebih dari sekedar telepon dan SMS dengan Smartphone yang mereka miliki, seperti halnya chatting, mengakses internet, transaksi bank, bahkan di beberapa Negara sudah diterapkan pembayaran berbasis handphone yang dintegrasikan dengan uang elektonik, sehingga saat ini banyak yang memanfaatkan peluang tersebut untuk membuat model bisnis baru yang sekarang dikenal dengan mobile technopreneurship. Mobile Technopreneurship saat ini sedang menjadi perbincangan hangat dan dianggap anak emas di dunia bisnis saat ini dikarenakan dianggap cukup menjanjikan, tidak memerlukan resource yang terlalu banyak, dan pengguna smartphone yang menjadi pasar bagi aplikasi mobile sangat banyak.
1.2  Ruang Lingkup
Dalam penulisan yang bertemakan Mobile Technopreneurship ini prnulis menentukan beberapa poin penting untuk dijadikan ruang lingkup penelitian. Ada pun beberapa ruang lingkup tersebut adalah :
1.    Definisi Technopreneurship
·         Di dalam ruang lingkup ini penulis akan membahas Pengertian dari technoprneurship. Dengan memahami artinya, technopreneurship dapat dijalankan dengan mudah.

2.    Elemen yang mendorong technopreneurship
·         Penulis akan membahas tentang apa saja yang menjadi faktor pendorong adanya technopreneurship, dengan begitu keinginan pasar dapat diketahui.

3.    Klasifikasi E-Commerce
·         Di ruang lingkup ini penulis akan menjelaskan pengklasifikasian dari jenis-jenis e-commerce, dengan memahami cakupan ini nantinya diharapkan user dapat mengetahui E-Commerce mana yang cocok untuk bisnis mereka.



4.    Keunggulan dan kelemahan E-Commerce
·         Dalam karya ilmiah ini technopreneurship merupakan sebuah model bisnis, dan dengan mengetahui keunggulan dan kelemahan suatu model bisnis, nantinyapelaku bisnis bisa melakukan perencanaan untuk menanggulangi keleahannya dan memperkuat keunggulan yang ada.

5.    Mobile E-Commerce
·         Sesuai dengan yang penulis ceritakan dilator belakang bahwa dengan semakin pentingnya handphone di kehidupan masyarakat, makan strategi aplikasi berbasis mobile sangatlah menguntungkan, dicakupan ini penulis akan menjelaskannya.

1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari Penelitian adalah:
·      Memperkenalkan macam-macam technopreneurship dan cara menjalankan model bisnis ini.
·      Membuat teknopreneurship lebih dikenal dengan cara menghilangkan pertanyaan-pertanyaan mitos yang beredar di masyarakat.
·      Mengenalkan technopreneurship yang berbasis mobile.

Manfaat yang akan diperoleh :
·      Semakin banyak jenis-jenis technopreneurship yang diketahui oleh pelaku bisnis maka semakin mudah juga pelaku bisnis tersebut melakukan pertimbangan jenis yang manakah yang cocok untuknya dan dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Karena pada dasarnya tujuan dari bisnis adalah untung.
·      Banyak pelaku bisnis yang masih meragukan technopreneurship dikarenakan mitos-mitos yang beredar seperti “keuntungan yang didapat darimana?”, dan dari situ juga penulis akan membuat pembaca karya ilmiah ini menyadari bahwa technopreneurship bisa dikatakan cukup mudah untuk dijalankan.
·      Dengan mengenalkan technopreneurship berbasis mobile maka pasar dari aplikasi mobile itu sangat lah luas, sehingga keuntungan pelaku bisnis juga lebih besar.

1.4  Metodologi Penelitian
Dalam pembuatan karya ilmiah ini penulis menggunakan studi pustaka sebagai metode pengumpulan data yang penulis butuhkan untuk memperkuat hipotesa yang penulis sertakan dalam penulisan karya ilmiah ini. Studi pustaka yang kami lakukan adalah mengumpulkan data yang kami butuhkan dari buku, majalah, dan jurnal-jurnal online yang tersedia di internet.

1.5  Sistematika Penulisan                         
Penulisan karya ilmiah ini dijabarkan dalam empat bab yang terdiri dari:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab pertama ini menguraikan latar belakang penulisan Karya ilmiah, ruang lingkup yang berisi batasan pembahasan yang terdapat di dalam topik ini, tujuan dari penulisan dan manfaat apa saja yang diharapkan, metodologi pembuatan karya ilmiah, dan sistematika penulisan yang digunakan yang penulis gunakan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI
Bab kedua menguraikan mengenai pembahasan konsep dan landasan teori yang terbagi dalam teori-teori umum dan teori-teori khusus yang berhubungan dengan topik yang dibahas sebagai landasan dalam penulisan karya ilmiah Technopreneurship ini.
Teori-teori umum yang dibahas meliputi sistem, data items, informasi, knowledge, sistem informasi, dan bagian-bagian dari Komponen Sistem Informasi.




BAB 3 : PEMBAHASAN
Bab ketiga menguraikan mengenai pembahasan topik yang kami sajikan, di bab ketiga ini juga kami menjelaskan hasil penelitiian kami secara detail agar bisa dimengerti oleh pembaca

BAB 4 : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab keempat merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang telah diperoleh penulis dari hasil penelitian sesuai dengan topik yang diangkat.


















2.1       Teori Umum

Sistem memiliki banyak pengertian, tetapi pada dasarnya pengertian tersebut memiliki maksud yang sama. Dalam analisis dan perancangan sistem informasi penulis harus memahami terlebih dahulu pengertian sistem informasi agar dapat melakukannya.
Berikut adalah pengertian sistem informasi secara umum:

2.1.1    Pengertian Sistem
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005:6) sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang berfungsi bersama-sama untuk menghasilkan suatu hasil.
Sistem sendiri memiliki tiga komponen utama, agar sistem tersebut dapat berfungsi atau berinteraksi dengan baik:
1.   Input melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki sistem untuk di proses.
2.   Process merupakan proses pengolahan ataupun transformasi yang mengubah input menjadi output.
3. Output melibatkan proses pemindahan elemen yang telah diproses melalui tahapan transformasi, sehingga menghasilkan tujuan yang diinginkan.

2.1.2      Informasi

Menurut Ladjamudin (2005:8) dalam bukunya yang berjudul “Analisis dan Desain Sistem Informasi” informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi penerimanya untuk mengambil keputusan masa kini maupun yang akan datang.

            2.1.3    Sistem Informasi
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005:7) sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang saling mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis sebagai output.

2.2       Teori Khusus
Teori khusus yang akan dibahas meliputi pembahasan-pembahasan yang telah penguji batasi sebagai objek penelitian. Berikut adalah masing-masing pengertian tersebut:

            2.2.1    Mobile Commerce
                        Sistem perdagangan elektronik(e-Commerce) dengan menggunakan peralatan portabel/mobile seperti: telepon genggam, telepon pintar, notebook, dan lain-lain.



            2.2.2    Mobile Operating System
                        Sistem operasi yang khusus dirancang untuk dapat digunakan pada perangkat mobile seperti ponsel, smartphone, PDA(personal digital assistant), komputer tablet dan perangkat genggam lainnya.
            2.2.3    Technopreneurship
                        Technoprenurship merupakan gabungan dari dua kata, yakni ‘technology’ dan ‘enterpreneurship’. Secara umum, kata Teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri. Sedangkan kata entrepreneurship berasal dari kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada (Zimmerer & Scarborough, 2008).
           













BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Technopreneurship
Technopreneurship merupakan gabungan dari dua kata, yakni ‘technology’ dan ‘enterpreneurship’. Secara umum, kata Teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri. Sedangkan kata entrepreneurship berasal dari kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada (Zimmerer & Scarborough, 2008).

Dalam wacana nasional, istilah technopreneurship mengacu pada pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan wirausaha. Jenis wirausaha dalam pengertian technopreneurship disini tidak hanya dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, seperti vendor IT, web hosting, atau web design, tetapi segala jenis usaha, seperti meubel, restaurant, super market ataupun kerajinan tangan. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian internet untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdagangan online (e-Commerce), pemanfaatan software/program khusus untuk memotong biaya produksi dan kegiatan operasional lainnya.

Pengertian e-Commerce menurut David Baum, “e-Commerce is a dynamic set of technologies,
aplications, and business procces that link enterprises, consumers, and communities through electronic transaction and the electronic exchange of goods, services, and information”. Bahwa e-Commerce merupakan suatu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik.


3.2  Elemen yang mendorong perkembangan technopreneur

Technopreneurship sebagai usaha yang sangat terikata dengan ilmu dan teknologi, ketika negara menggunakan pendekatan peningkatan kemampuan teknologi sebagai pendorong peningkatan produksi nasional dan dalam banyak negara sebagai strategi competitive advantage, maka technoprenuersip adalah program yang termasuk didalamnya sebagai bagian integral dari peningkatan kultur kewirausahaan. 

Technopreneurship juga harus di bangun dengan pendekatan menyeluruh dan integral, yang dilakukan dengan mengkolaborasikan “budaya” (budaya inovasi, kewirausahaan dan kreativitas), “konsepsi” (konsep ikubator bisnis, penelitian dan pengembanga, knowledge managemen dan learning organization), yang didukung oleh kapabilitas wirausahanya sendiri, koneksitas dan koboratif.
           
Berpedoman pada pendapat Igor Prodan (2007), dalam upaya meningkatkan peran techopreneur terhadap perekonomian, dan keterkaitan antara komponen-komponen yang mendukunnya, dapat diidentifikasi dalam 7 elemen kunci sebagai berikut :
1.      Technological entrepreneur

Elemen ini menjadi kunci penciptaan perusahaan berbasis teknologi, wirausahawan ini pada dasarnya adalah orang yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan karakteristik khusus yang berbeda dengan wirausahawan bukan berbasis teknologi, Pengetahuan dan keahlian ini dapat di pelajari di lembaga lembaga pendidikan khususnya yang membuat kerangka keterkaitan antara teknologi dengan kewirausahaan.



2.      Universities

Unversitas atau institusi pendidikan tinggi lainnya adalah elemen penting sebagai tempat lahirnya pengetahuan dan kelmuan yang baru termasuk didalamnya teknologi dan kewirausahaan. Untuk dapat menciptakan technopreneur setidaknya dalam institusi pendidikan tersebut harus memiliki kerjasama yang kuat antara bagiannya misalnya kerjasama fakultas teknik dengan fakultas bisnis (ekonomi), atau bahkan atar universitas untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan tentang technopreneurship.

Dalam kerangka pengembangan wirausaha berbasis teknologi ini setidaknya ada tiga elemen kunci dalam universitas/perguruan tinggi yaitu : riset-riset berbasis teknologi yang dihasilkan universitas, pusat inkubasi bisnis yang dimiliki universitas dan keuntungan universitas.

a. Lembaga Penelitian (Riset dan Pengembangan)
Lembaga pendidikan tinggi seperti universitas menjadi pendorong lahirnya technopreneurship mengingat salah satu peran dari universitas sebagai yang salah satunya adalah tepat atau lembaga penelitian, unversitas harus mendorong pada peneitian-penelitian berbasis teknologi tepat guna yang digunakan oleh wirausahawan dalam memulai atau menjalankan bisnisnya, atau dikenal dengan istilah technological innovation.  
b.   Inkubator Bisnis
Inkubator bisnis merupakan wadah atau tempat mahasiswa dan pekerja belajar membuat perusahaan, disana mereka dapat belajar, membuat jaringan dan alat untuk membuat kesuksesan usaha. Inkubator bisnis sendiri didefinisikan sebagai “proses dukungan bisnis untuk menjadi lebih cepat mencapai kesuksesan”. Tujuan dari inkubator bisnis adalah melahirkan perusahaan sukses yang dapat meninggalkan program bantuan keuangan dan mampu berdiri sendiri, lulusan incubator bisnis akan melahirkan wirausahawan yang mampu menciptakan lapangan kerja, mengkomersialisasikan teknologi dan penguatan ekonomi local dan nasional.
c.   Pusat Informasi bisnis
Universitas dengan lembaga risetnya juga dituntut menciptakan technological park atau taman teknologi sebagai pusat informasi dan konsolidasi bisnis yaitu wahana interaksi antara pemerintah, UKM dan hasil riset dalam mengkosolidasikan ide-ide baru dalam berusaha, sumberdaya-sumber daya dan peralatan usaha yang berbasis teknologi.

3.      Corporation
Perusahaan juga memiliki peran dalam penciptaan wirausaha berbasis teknologi, perubahan paradigma dari menempatkan karyawan hanya sebagai faktor produk ke arah konsepsi “intrapreneurship” atau wirausaha dalam perusahaan akan berdampak pada peningkatan performa bisnis perusahaan tersebut, perusahaan menjadi lebih inovatif dan pekerja lebih produktif. Konsepsi dasar intrapreneurship berbasis pada riset dan pengembangan dalam perusahaan akan mendorong stabilitas perusahaan,
4.       Capital
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam pengembangan tecnopreneurship adalah capital atau modal, keberanian mengambil resiko dalam berusaha menunjukan salah satu sisi sifat wirausahawan maju termasuk menggunakan modal pihak ketiga untuk meningkatkan usahanya.
5.      Market/costumers
Fokus pengembangan usaha apapun harus fokus kepada pengguna, walaupun wirausaha berbasis teknologi memiliki fokus pada pengembangan teknologi dan produksi berbasis teknologi fokus pada pelanggan merupakan suatu keharusan, perusahan memerlukan feedback dari pasar untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. Wirausahawan juga di tuntut untuk menciptakan komersialisasi dan pemasaran produk berbasis teknologi tinggi, meningkatkan pemasaran dengan strategi pertumbuhan, memperluas pasar dan hal lain yang berkaitan dengan isu-isu pemasaran.
6.      Government
Peranan pemerintah harus menjadi pendorong percepatan perusahaan, menjadi stimulus bagi perubahan kapasitas usaha dari kecil menjadi menengah dan besar. Membangun Usaha Kecil Menengah dapat dilakukan dengan : 1. kebjakan makro ekonomi, khususnya dalam staibilitas lingkungan bisnis; 2. peraturan khusus dalam pengembangan UKM; 3. pendukung perkembangan dan membantu permasalahan UKM dan 4. mempromosikan bisnis UKM dan membangun kultur usaha kompetitif.
7.      Advisor
Hasil penelitian Bolton, menemukan tiga permasalahan utama yang dihadapi oleh UKM yang memungkinkan diselesaikan dengan pengadaan pelatihan dan konsultansi, yaitu :

a.       Information gap, wirausahawan biasanya memiliki keterbatasan tentang informasi pasar dan permasalahan bisnis sehingga mungkin melakukan kesalahan pengambilan keputusan, konsultan dapat memberikan saran dalam hal proses penyaringan informasi sebagai bahan pengambilan keputusan.
b.      Problem solving and technical capabilities, wirausahawan dalam perusahaan berbasis teknologi dapat menghadapi berbagai masalah termasuk kemampuan teknologi yang baru, peran konsultan dapat masuk sebagai pengarah pemampaatan peningkatan kemampuan teknis yang berkaitan dengan teknologi.
c.       Learning gap, Permasalahan yang juga sering di hadapi oleh wirausahawan adalah proses pembelajaran, terutama berkaitan dengan transper pengetahuan kepada bawahan atau karyawan, peran konsultan dalam memberikan saran dalam pembelajaran sangat di perlukan, termasuk dalam menyelenggarakan pelatihannya.


3.3 Klasifikasi E-Commerce
1.      Business to Business (B2B)
e-Commerce tipe ini meliputi transaksi antar organisasi yang dilakukan di
Electronic market.

2.      Business to Costumer (B2C)
Merupakan transaksi eceran dengan pembeli perorangan.

3.      Customer to Customer (C2C)
Konsumen menjual secara langsung ke konsumen lain. Atau mengiklankan jasa
pribadi di Internet.

4.      Customer to Business (C2B)
Perseorangan yang menjual produk atau layanan ke organisasi, perseorangan yang
mencari penjual, berinteraksi dan menyepakati suatu transaksi.

5.      Nonbusiness e-Commerce
Lembaga non bisnis seperti akademis, organisasi, orgasnisasi keagamaan,
organisasi sosial dan lembaga pemerintahan yang menggunakan berbagai tipe e-
Commerce untuk mengurangi biaya guna meningkatkan operasi dan layanan
publik.

6.      Intrabusiness (organiszational) e-Commerce
Termasuk kategori ini adalah semua aktivitas intern organisasi, biasanya
dijalankan di internet yang melibatkan pertukaran barang, jasa/informasi.
           
3.3 E-commerce

Pengertian e-Commerce menurut David Baum, “e-Commerce is a dynamic set of technologies,
aplications, and business procces that link enterprises, consumers, and communities through electronic transaction and the electronic exchange of goods, services, and information”. Bahwa e-Commerce merupakan suatu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik.

3.3.1 Klasifikasi E-Commerce
1.      Business to Business (B2B)
e-Commerce tipe ini meliputi transaksi antar organisasi yang dilakukan di
Electronic market.
2.      Business to Costumer (B2C)
Merupakan transaksi eceran dengan pembeli perorangan.

3.      Customer to Customer (C2C)
Konsumen menjual secara langsung ke konsumen lain. Atau mengiklankan jasa
pribadi di Internet.

4.      Customer to Business (C2B)
Perseorangan yang menjual produk atau layanan ke organisasi, perseorangan yang
mencari penjual, berinteraksi dan menyepakati suatu transaksi.

5.      Nonbusiness e-Commerce
Lembaga non bisnis seperti akademis, organisasi, orgasnisasi keagamaan,
organisasi sosial dan lembaga pemerintahan yang menggunakan berbagai tipe e-
Commerce untuk mengurangi biaya guna meningkatkan operasi dan layanan
publik.
6.      Intrabusiness (organiszational) e-Commerce
Termasuk kategori ini adalah semua aktivitas intern organisasi, biasanya
dijalankan di internet yang melibatkan pertukaran barang, jasa/informasi.


3.3.2 Keunggulan dan kellemahan  E-Commerce
           
Keunggulan e-Commerce adalah sebagai berikut:
Bagi pengelola bisnis  :  Perusahaan dapat menjangkau pelanggan di seluruh
    dunia
                                        Penghematan biaya operasional                 
Bagi konsumen           :   Lebih banyak pilihan
                                         Akses penuh 24 jam / 7 hari
                                         Perbandingan harga

Kelemahan e-Commerce adalah sebagai berikut:
Bagi pengelola bisnis   :  Keamanan sistem rentan diserang
                                          Masalah kompabilitas teknologi lama dengan yang
                                          lebih baru                                     
Bagi konsumen           :   Perlunya keahlian komputer
                                         Risiko bocornya privasi dan data pribadi

3.4 Mobile Commerce
           
            Mobile Commerce (M-Commerce) merupakan salah satu bentuk proses transaksi yang dilakukan dengan menggunakan perangkat telepon genggam. Mobile Commerce (m-commerce) merupakan subset dari e-Commerce, yang didefinisikan sebagai proses transaksi yang dilakukan secara elektronik, baik melalui internet, smart card maupun perangkat telepon genggam melalui jaringan seluler.

            Menurut European Information Technology Observatory (EITO), jumlah keseluruhan pendapatan yang didapatkan dari penggunaan jasa internet dan konten pada telepon genggam mencapai 9 juta pada mata uang Euro hanya pada daerah Eropa Barat pada tahun 2001. Hanya 2 tahun kemudian, pendapatan yang dihasilkan di Jerman sudah mencapai peningkatan yang sangat tinggi yaitu mencapai jumlah 280 juta pada mata uang Euro. Angka yang sangat banyak untuk pendapatan yang didapatkan lewat aktivitas yang dilakukan hanya lewat telepon genggam.

            Bentuk-bentuk barang dan jasa yang tersedia di dalam Mobile Commerce (M-Commerce) adalah sebagai berikut:
1.      Mobile Money Transfer
Mobile Money Transfer adalah bentuk pengiriman uang yang dapat dilakukan antara satu telepon genggam dengan telepon genggam lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti lewat SMS, Mobile Browser/Application, dan juga NFC (Near Field Communication).

2.      Mobile ATM
Fitur daripada Mobile ATM memungkinkan pengguna telepon genggam untuk menggunakan telepon genggamnya seperti mesin ATM berjalan, telepon genggam milik pengguna dapat digunakan untuk pengambilan uang dan juga penyimpanan uang.

3.      Mobile Ticketing
Mobile Ticketing adalah bentuk transaksi yang memungkinkan pengguna telepon genggam untuk melakukan pembelian tiket mulai dari tiket transportasi umum sampai dengan tiket bioskop melalui fasilitas telepon genggamnya. Di Indonesia, hal ini sudah diterapkan oleh Garuda Indonesia dengan merilis aplikasi mobile untuk memudahkan calon penumpang mereka untuk melakukan reservasi tiket pesawat melalui aplikasi. Hal ini juga sudah diterapkan oleh Blitzmegaplex yang dapat melakukan pembelian tiket melalui telepon genggam dan melakukan penukaran tiket dengan menunjukkan kode yang sudah diberikan lewat telepon genggam.

4.      Content Purchase (Pembelian Konten)
Content Purchase adalah fitur pembelian konten yang dapat dilakukan melalui telepon genggam. Konten-konten yang dapat dibeli melalui telepon genggam antara lain adalah ringtone, wallpaper, permainan dan lagu.

5.      Mobile Banking
Fitur daripada Mobile Banking memungkinkan pengguna telepon genggam untuk melakukan transaksi yang biasa dilakukan di mesin ATM pada telepon genggamnya. Fitur seperti ini sudah banyak diterapkan oleh bank-bank besar di Indonesia, salah satunya adalah BCA dengan menerapkan m-banking yang dapat melakukan transaksi banking seperti cek saldo maupun transfer uang antar bank.

3.4.1 Mobile Business Model
·         Selling your application
·         Freemium
·         Extend an existing business into mobile world
·         Build an app as a subscription
·         Mobilize an existing technology
·         Build an app that extend a web business  


3.4.2 Kriteria aplikasi mobile yang baik
·         Desain tampilan user friendly
·         Mudah untuk di install
·         Performa dan power optimal
·         Menyisipkan fitur multimedia
·         Keamanan yang baik
·         Location service
·         Dapat support beberapa mobile platform
·         Multi lingual support
·         Kecepatan aplikasi saat beroprasi
·         Dibutuhkan oleh user
·         Connectivity



















BAB 4

PENUTUP

4.1  Simpulan
           
Jenis wirausaha dalam pengertian technopreneurship tidak hanya dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, seperti vendor IT, web hosting, atau web design, tetapi segala jenis usaha, seperti meubel, restaurant, super market ataupun kerajinan tangan.
Sehingga kami dapat menyimpulkan pengertian dari technopreneurship adalah pemakaian internet untuk memasarkan produk seperti dalam perdagangan online (e-Commerce), pemanfaatan software/program khusus untuk memotong biaya produksi dan kegiatan operasional lainnya.
            Adapun keunggulan dari technopreneurship adalah sebagai berikut :
1.      Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses pemasaran
2.      Meningkatkan daya saing perusahaan
3.      Pertukaran data atau informasi jadi lebih mudah
4.      Memudahkan bagi calon pembeli untuk melakukan pembelian produk
         
4.2  Saran

Banyak perusahaan memanfaatkan technologi dalam memenuhi kebutuhan perusahaan dengan teknologi yang ada perusahaan memadukan teknologi tersebut dengan knowledge seperti accounting, marketing, industries. Sehingga kita mengenal technopreneurship ketika banyak perusahaan yang menerapkan knowledge tersebut banyak perusahaan yang sukses dalam mengembangkan bisnis usahanya melalui internet.
Oleh sebab itu internet menjadi suatu sarana yang sangat penting untuk bisnis usaha technopreneurship makan kami menyarankan agar dalam proses transaksi yang terjadi dapat berjalankan sesuai dengan tujuan yang diharapkan agar supaya memperhatikan keamanan ataupun  resiko yang ada dan mengutamakan kepuasan pelanggan..


0 Response to "Menjadi sukses dalam teknopreneurship di era mobile"

Posting Komentar